Selasa, 26 Agustus 2014

Probiotik Sebagai Terapi Masalah Kesehatan Mental

Masalah Kesehatan Mental
Terapi Masalah Kesehatan Mental
Peran probiotik bagi kesehatan saluran cerna memang tidak diragukan lagi. Selain menyehatkan saluran cerna, probiotik juga membantu mengatasi gangguan mental. Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian tentang efek “psychobiotics” atau organisme yang hidup dan manfaat kesehatan bagi para penderita masalah mental. Beberapa studi pra kilnik sebelumnya juga pernah memberitakan hubungan antara pribiotik dengan perilaku positive. Salah satunya adalah para tikus yang diberikan perilaku depresif karena dipisahkan dari induknya kemudian diberikan probiotik Bifidobacterium infantis mengalami perubahan perilaku normal dan peningkatan sistem imunitas.
 
Dan hal ini bisa menjadi terapi alternatif bagi penderita depresi atau masalah mental yang tidak ingin konsumsi obat anti depresi. Diketahui terdapat sekitar 1-2 kilogram bakteri di usus orang dewasa yang memproduksi ratusan bahan kimia penting. Proses penuaan dihubungkan dengan perbedaan beragam bakteri ini dan pada orang yang kurang sehat memiliki jumlah bakteri menguntungkan yang lebih rendah. studi praklinis sebelumnya menunjukkan bahwa depresi juga dikaitkan dengan perubahan dalam mikrobiota usus. Psychobiotics merupakan bakteri baik yang memiliki potensi untuk meningkatkan keragaman mikroba dan mengobati gejala depresi.

Masih jarang sekali penelitian tentang probiotik yang langsung dicobakan pada manusia. Penelitian terakhir yaitu para relawan sehat yang mengkonsumsi Lactobacillus helveticus R0052 plus B longum selama 30 hari membuat tingkah stress nya jauh lebih rendah dibandingkan yang hanya minum plasebo, juga terjadi pengurangan kadar kortisol pada urin. Ada juga studi lain pada 124 relawan (rata-rata usia 61,8 tahun) menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi yogurt yang mengandung probiotik selama 3 minggu secara signifikan meningkatkan suasana hati dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima plasebo. Masih banyak penelitian yang baiknya dibuktikan secara ilmiah terutama yang dapat digunakan untuk melawan efek samping dari antibiotik (membunuh sekaligus bakteri baik dan jahat). Istilah “psychobiotic” diciptakan sebagai studi terbaru yang mengeksplorasi kemungkinan adanya hubungan antara probiotik dan perilaku. Bakteri mampu memproduksi dan memberikan zat neuroaktif seperti asam gamma-aminobutyric [GABA] dan serotonin, yang bertindak pada sumbu antara otak-usus. Dalam sebuah suti pra klinik lain tikus yang menelan L rhamnosus menurunkan tingkat kecemasan. Studi pada pasien yang mempunyai sindrom kelelahan kronis, menunjukkan bahwa setelah mengkonsumsi L casei 3 kali sehari memiliki skor pengurangan kecemasan lebih rendah dibandingkan dengan plasebo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar